Love language atau bahasa cinta adalah suatu bentuk sikap individu untuk mengungkapkan rasa kasih sayang dan cintanya kepada individu lain. Bahasa cinta sangat penting untuk dikenali dan dipahami karena merupakan salah satu kunci sukses dalam membangun hubungan (Syamsiyah, 2022).
pemenang-scatter-hitam-mahjong scatter-naga-hitam-terbaru kode-pemanggil-naga-ireng pakai-akun-vip-terbaru cara-taklukan-scatter-hitam strategi-game-gacor-ala-admin mahjong-ways-Memberikan-Kejutan taktik-menjelang-tahun-baru mahjong-ways-itu-hoki-hokian olympus-1000-automatic-scatter scatter-modal-kecil-menang rahasia-jurus-master-di-mahjong-ways starlight-princess-1000 room-mahjong-saldo-naik akhir-tahun-2024-menjadi-momen cara-cerdas-kepala-perpus kode-tembus-scatter-hitam trik-banjir-scatter-hitam trik-dapatkan-jepe-besar madame-destiny-slot-gacor pola-yang-paling-gampang pola-super-terbaru-2024 pola-akhir-tahun-2024 tutorial-brondong-naga-hitam coba-trik-permen-lolipop perasaan-menjadi-juara-mahjong kemenangan-mutlak-di-mahjong faktor-penyebab-kemenangan-mahjong akun-game-thailand-versi-vip trik-terbaru-mengalahkan-bandar
Banyak orang penasaran perihal love language apa yang ada dalam dirinya. Jika kamu ingin tahu lebih lanjut, kamu bisa mencoba tes love language yang tersedia secara online. Salah satunya, kamu bisa mencobanya di situs lovelanguagetest.co.
Kendati demikian, tes love language sendiri menimbulkan beberapa pertanyaan secara keilmuewan. Dalam artikel ini, kita akan membahas pandangan para psikolog tentang love language dan apakah love language valid secara keilmuwan.
Pandangan Para Psikolog Tentang Love Language
Dalam pandangan psikolog, bahasa cinta mempunyai pendekatan yang berbeda, tidak hanya sekedar mengetahui suasana cinta saat ini namun juga menjelaskan mengapa individu merasa dicintai.
Terdapat teori mengenai kebutuhan bahasa cinta yang disebut Five Love Language (FLL) atau Lima Bahasa Cinta yang dikonsepkan oleh seorang psikolog asal Amerika Serikat, Gary Chapman, Ph.D, pada tahun 1992 melalui bukunya yang berjudul “The Five Love Languages: How to Express Heartfelt Commitment to Your Mate”.
Teori ini mengklasifikasikan bahasa cinta sesuai dengan kebutuhan setiap individu. Beberapa klasifikasi Five Love Language menurut Permana, Surijah, dan Aryanata (2020) yaitu berupa:
- Words of Affirmation, yaitu kebutuhan cinta dalam bentuk penegasan perasaan melalui kata-kata pujian, kata-kata motivasi dan penghargaan baik secara verbal ataupun tertulis, hindari sikap tidak mengakui usaha yang telah dilakukan seseorang.
- Quality Time, yaitu kebutuhan bahasa cinta berupa waktu yang berkualitas atau waktu bersama seseorang yang dicintai, rencanakan momen spesial untuk sekedar jalan-jalan atau bahkan sempatkan untuk deep talk atau saling bertukar pikiran. Sebisa mungkin hindari hal-hal yang membuat kita mudah terdistraksi, beri perhatian penuh saat bersama seseorang yang dicintai.
- Receiving Gift, yaitu kebutuhan bahasa cinta dalam bentuk pemberian hadiah. Tipe orang yang dominan dengan bahasa cinta ini lebih cenderung menyukai bukti nyata tidak sekedar kata-kata belaka. Berilah sesuatu yang disukai atau yang diminta.
- Act of Service, yaitu kebutuhan bahasa cinta berupa pelayanan atau bantuan. Tipe orang yang memiliki bahasa cinta ini cenderung menunjukkan rasa kasih sayangnya dengan tindakan.
- Physical Touch atau kebutuhan bahasa cinta dalam bentuk sentuhan fisik, seperti memeluk, menggenggam tangan, merangkul, tentunya dengan suasana penuh cinta tanpa adanya paksaan.
Apakah Love Language Valid Secara Keilmuwan?
Menurut penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Universitas Negeri Malang, love language merupakan suatu konsep yang valid secara keilmuwan. Dalam penelitian tersebut, ditemukan bahwa love language dapat mempengaruhi kepuasan dalam hubungan dan kebahagiaan dalam hidup (Permana, Surijah, & Aryanata, 2020).
Penelitian ini menunjukkan bahwa love language dapat membantu pasangan untuk memahami kebutuhan satu sama lain dan meningkatkan komunikasi di antara mereka. Namun, penelitian ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk memperkuat hasilnya.
Sebuah penelitian baru mengemukakan gagasan bahwa, berdasarkan survei terhadap 100 pasangan heteroseksual, orang yang pasangannya menggunakan love language yang mereka sukai dilaporkan memiliki tingkat hubungan serta kepuasan seksual yang lebih tinggi.
Ini juga berlaku sebaliknya. Meskipun penelitian ini masih terbatas pada sampel yang kecil, namun hasilnya menunjukkan bahwa love language dapat mempengaruhi kepuasan dalam hubungan.